''Apa yang kau ingin kan?''
''Aku ingin menjadi dokter
spesialis ginjal.''
''Mengapa?''
''Agar aku dapat mengobati orang-orang terdekatku yang
menderita gagal ginjal, aku ingin mereka tetap hidup dan menemani aku.''
''Dasar egois. Apa harus semua
sesuai dengan permintaanmu? Bagaimana dengan takdir? Kalau sudah waktunya
meninggal ya meninggal. Life is simple.''
''Tapi itu terasa berat.''
''Jangan pernah memikirkan tentang
kematian. Karena itu tidak perlu kita pikir. Semuanya sudah diatur tuhan.''
Hening. Itulah yang terjadi. Aku
diam tak bisa menjawab apa apa. Memang yang Zii katakan benar,kematian sudah
digariskan. Aku harus mengubah apa yang ada dipikiranku, pikirku.
''Lalu kau sendiri apa yang kau
inginkan?''
''Aku ingin melihat bintang
jatuh.''
''Hah.. Mana mungkin ada bintang
jatuh? Itu hanya rekayasa film. Pasti kau terlalu banyak menonton film khayal.''
''Apa salah bila seseorang
berangan-angan?''
''Tidak juga tapi..''
''Tapi apa? Kita bebas
berangan-angan. Tidak ada yang melarang. Hukum dinegara kita tidak melarang , kan.'' katanya sambil
tersenyum melihatku. Aku pun juga ikut tersenyum.
''Baiklah, aku ingin jadi
astronot saja.'' kataku sambil menaikan bahu.
''Kenapa tiba-tiba kau berubah
pikiran?''
''Karena aku ingin mengambil satu
bintang disana untukmu.'' kataku sambil menunjuk kearah langit yang berbintang.
''Dasar tukang gombal. Pantas
saja kau tidak laku-laku . Pasti semua wanita sudah tahu kalau kau suka membual.''
''Siapa yang menggombal? Ini
perkataan jujur dari hati terdalam. Lagian kita kan berteman. Ngapain juga aku
nggombal. Aku hanya ingin temanku bahagia,makannya aku ambilin bintangnya.''
''Hahaha baiklah, terserah apa
katamu, teman.''
Aku tersenyum melihatnya. Kali
ini benar-benar dia terlihat berbeda. Tidak terlihat aneh seperti biasanya. Mungkin inilah sisi yang disembunyikan
oleh Zii. Dibalik sifatnya yang pendiam ternyata dia bisa tersenyum,eh tidak
maksudku dia bisa secerewet ini.
********
“Aku akan pergi sebentar lagi.” Kata Zii sambil menutup
bukunya. Hari ini Jam pelajaran dipersempit karena guru-guru akan ada rapat. Entahlah
apa lagi yang akan mereka bahas kali ini.
“Kemana ? London? Amerika?Jepang? Korea ?”
“Salah semuanya. Aku tidak akan kesana. Tapi aku akan
pergi ketempat yang lebih indah.”
“Adakah tempat yang lebih indah dari pada itu semua ?
Setahuku kau selalu menghabiskan waktu liburan dinegara-negara yang aku
sebutkan tadi.”
“Aku baru saja menemukan tempat yang lebih indah. Dan bodohnya
aku baru menyadari itu semua.”
“Dimana ?”
“Itu rahasia. Tidak ada seorangpun yang boleh tahu. Dan nanti
tidak ada yang akan mengikutiku.”
“Apa maksudmu ? Bukankah kau lebih senang berlibur
bersama Jian?”
“Adikku tidak bisa ikut.”
Aku tidak merespon perkataanya hanya menatapnya dengan
heran. Jujur aku bingung dengan apa yang dia katakan. Tidak biasanya dia
berkata bahwa Jian tidak bisa ikut. Memangnya apa yang akan dia lakukan. Yang
aku tahu, Jian selalu menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum waktu liburan.
“Sudahlah, kau akan mengerti nanti” Kata Zii yang
sepertinya mengerti kalau aku merasa bingung. Lagi-lagi aku diam. Aku merasakan
hawa yang tidak enak. Pikiran ku melayang kemana-mana. Ah tidak mungkin
batinku. Segera ku hapus pikiran jelek yang ada di otakku. Jengkel rasanya ,
mengapa otak ini berfikir yang aneh-aneh saja.
Aku mengantar Zii sampai didepan gerbang sekolah dengan
mulut membisu. Kulihat mobil jemputannya sudah menunggu diseberang. Dia langsung
berlari tanpa melihat kanan kiri alhasil dia hampir tertabrak oleh motor. Untung
saja motor itu sempat berhenti kalau tidak aku tidak tahu harus berkata apa.
Dari dalam mobil dia melambaikan tangannya tanda
mengucapkan selamat tinggal padaku. Aku juga melambaikan tanganku padanya, lalu
setelah mobilnya berlalu aku kembali ke tempat parkir untuk mengambil mobilku.
********
“Today, Juana Zii, rest in peace due to illnes.”
Kepalaku serasa dihantam baja. Hatiku terasa ditumbuk
dengan batang besi. Jantungku terasa berhenti berdetak. Apa ini ya tuhan.
Mengapa kata-kata itu terucap lewat microfon sekolah. Apa ini ?
Badanku lemas. Tanganku hanya memegang dada yang terasa
sesak. Aku tidak percaya ini semua. Mengapa ? dia sakit apa ? Dia tidak pernah
berkeluh kalau dia sakit.
“Niel, kamu baik-baik aja kan?” Tanya Rangga teman
sebangku ku.
“Tapi kenapa secepat ini?”
“Sabar Niel.. mungkin dia bukan jodoh kamu.”
Aku tidak merespon apa yang Rangga katakan. Aku langsung
berlari keluar kelas, mengambil mobil untuk menuju ke rumah Zii. Benar saja
sesampainya disana aku melihat bendera putih. Banyak orang lalu lalang
mempersiapkan proses pemakaman. Tidak sedikit para pelayat yang menangis.
Memang, Zii terkenal sebagai seseorang yang baik pada siapapun. Sekalipun pada
orang yang pernah menyakitinya.
Aku melihat orang tua Zii keluar mengiring jenazah
anaknya untuk dibawa ke tempat pemakaman. Zii, kenapa kamu tinggalin aku.
Bahkan aku belumsempat mengambil bintang untukmu, batinku.
“Kak Daniel..” Panggil Jian dari belakang.
“Ya, ada apa ?” sahutku datar.
“Duduk dulu, ada yang ingin aku ceritakan.” Katanya
sambil mengambilkanku kursi.
“Tentang apa ?”
“Apa kakak tau bagaimana perasaan kak Zii pada kakak?”
“Tidak.” Sahutku masih datar.
“Ini, dari kak Zii. Kemarin sebelum dia pergi, dia titip
ini ke aku. Katanya aku disuruh memberikan ini pada kakak kalau dia sudah
pergi.” Begitu kata Jian dengan polosnya sambil memberikan surat yang dibungkus
dengan amplop berwarna pink. Cantik sekali.
“Terimakasih.” Kataku pada Jian lalu meninggalkannya
pergi.
********
Dear Daniel.
Hai
tukang gombal. Apa kabarmu hari ini? Aku harap kau baik-baik disana. Mungkin
saat ini aku sudah ada disurga. Disini begitu tenang kau tahu. Disini aku
beristirahat.
Daniel,
terimakasih telah menjadi temanku walaupun hanya sebentar. Terimakasih kau
selalu ada disampingku saat aku butuh dan maaf kalau aku menyembunyikan
penyakit ini darimu. Aku tidak ingin kau terlalu khawatir. Mungkin kau
bertanya-tanya aku sakit apa, baiklah akan ku beritahu. Aku terkena gagal
ginjal.
Sudahlah,
jangan terlalu memikirkan aku karena aku baik-baik saja disini. Tetaplah mengejar
impianmu Daniel. Berusahalah semampumu agar kau bisa menggapai bintang.
Ada
satu lagi yang ingin aku ceritakan. Selama ini aku selalu menyembunyikan
perasaanku. Perasaanku pada kamu. Jujur aku sayang kamu Daniel, aku cinta kamu.
Mungkin kita tidak pernah berpacaran, karena aku pikir itu yang baik buat kita
sekarang. Tersenyumlah Daniel. Karena jika kau menangis untuk saat ini aku akan
menjitak kepalamu dari surga.
Kaulah
bintangku dibumi.
Zii
Aku menangis membaca surat Zii. Ternyata selama ini kami
memendam rasa yang sama hanya saja tidak ada pengakuan yang terucap karena
semuanya saling menunggu. Betapa bodohnya aku. Harusnya aku menyatakan rasa ini
dari dulu. Sekarang apa yang bisa aku perbuat. Bodoh sekali, semuanya kini tinggal penyesalan yang tak berarti.

0 komentar:
Posting Komentar