Penyesalan Untuk Zii

Sabtu, 25 Agustus 2012


            ''Apa yang kau ingin kan?''
            ''Aku ingin menjadi dokter spesialis ginjal.''
            ''Mengapa?''
            ''Agar aku dapat mengobati orang-orang terdekatku yang menderita gagal ginjal, aku ingin mereka tetap hidup dan menemani aku.''
            ''Dasar egois. Apa harus semua sesuai dengan permintaanmu? Bagaimana dengan takdir? Kalau sudah waktunya meninggal ya meninggal. Life is simple.''
            ''Tapi itu terasa berat.''
            ''Jangan pernah memikirkan tentang kematian. Karena itu tidak  perlu kita pikir. Semuanya sudah diatur tuhan.''
            Hening. Itulah yang terjadi. Aku diam tak bisa menjawab apa apa. Memang yang Zii katakan benar,kematian sudah digariskan. Aku harus mengubah apa yang ada dipikiranku, pikirku.
            ''Lalu kau sendiri apa yang kau inginkan?''
            ''Aku ingin melihat bintang jatuh.''
            ''Hah.. Mana mungkin ada bintang jatuh? Itu hanya rekayasa film. Pasti kau terlalu banyak menonton film khayal.''
            ''Apa salah bila seseorang berangan-angan?''
            ''Tidak juga tapi..''
            ''Tapi apa? Kita bebas berangan-angan. Tidak ada yang melarang. Hukum dinegara kita tidak melarang , kan.'' katanya sambil tersenyum melihatku. Aku pun juga ikut tersenyum.
            ''Baiklah, aku ingin jadi astronot saja.'' kataku sambil menaikan bahu.
            ''Kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran?''
            ''Karena aku ingin mengambil satu bintang disana untukmu.'' kataku sambil menunjuk kearah langit yang berbintang.
            ''Dasar tukang gombal. Pantas saja kau tidak laku-laku . Pasti semua wanita sudah tahu kalau kau suka membual.''
            ''Siapa yang menggombal? Ini perkataan jujur dari hati terdalam. Lagian kita kan berteman. Ngapain juga aku nggombal. Aku hanya ingin temanku bahagia,makannya aku ambilin bintangnya.''
            ''Hahaha baiklah, terserah apa katamu, teman.''
            Aku tersenyum melihatnya. Kali ini benar-benar dia terlihat berbeda. Tidak terlihat aneh seperti biasanya. Mungkin inilah sisi yang disembunyikan oleh Zii. Dibalik sifatnya yang pendiam ternyata dia bisa tersenyum,eh tidak maksudku dia bisa secerewet ini.

********

            “Aku akan pergi sebentar lagi.” Kata Zii sambil menutup bukunya. Hari ini Jam pelajaran dipersempit karena guru-guru akan ada rapat. Entahlah apa lagi yang akan mereka bahas kali ini.
            “Kemana ? London? Amerika?Jepang? Korea ?”
            “Salah semuanya. Aku tidak akan kesana. Tapi aku akan pergi ketempat yang lebih indah.”
            “Adakah tempat yang lebih indah dari pada itu semua ? Setahuku kau selalu menghabiskan waktu liburan dinegara-negara yang aku sebutkan tadi.”
            “Aku baru saja menemukan tempat yang lebih indah. Dan bodohnya aku baru menyadari itu semua.”
            “Dimana ?”
            “Itu rahasia. Tidak ada seorangpun yang boleh tahu. Dan nanti tidak ada yang akan mengikutiku.”
            “Apa maksudmu ? Bukankah kau lebih senang berlibur bersama Jian?”
            “Adikku tidak bisa ikut.”
            Aku tidak merespon perkataanya hanya menatapnya dengan heran. Jujur aku bingung dengan apa yang dia katakan. Tidak biasanya dia berkata bahwa Jian tidak bisa ikut. Memangnya apa yang akan dia lakukan. Yang aku tahu, Jian selalu menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum waktu liburan.
            “Sudahlah, kau akan mengerti nanti” Kata Zii yang sepertinya mengerti kalau aku merasa bingung. Lagi-lagi aku diam. Aku merasakan hawa yang tidak enak. Pikiran ku melayang kemana-mana. Ah tidak mungkin batinku. Segera ku hapus pikiran jelek yang ada di otakku. Jengkel rasanya , mengapa otak ini berfikir yang aneh-aneh saja.
            Aku mengantar Zii sampai didepan gerbang sekolah dengan mulut membisu. Kulihat mobil jemputannya sudah menunggu diseberang. Dia langsung berlari tanpa melihat kanan kiri alhasil dia hampir tertabrak oleh motor. Untung saja motor itu sempat berhenti kalau tidak aku tidak tahu harus berkata apa.
            Dari dalam mobil dia melambaikan tangannya tanda mengucapkan selamat tinggal padaku. Aku juga melambaikan tanganku padanya, lalu setelah mobilnya berlalu aku kembali ke tempat parkir untuk mengambil mobilku.

********
            “Today, Juana Zii, rest in peace due to illnes.”
            Kepalaku serasa dihantam baja. Hatiku terasa ditumbuk dengan batang besi. Jantungku terasa berhenti berdetak. Apa ini ya tuhan. Mengapa kata-kata itu terucap lewat microfon sekolah. Apa ini ?
            Badanku lemas. Tanganku hanya memegang dada yang terasa sesak. Aku tidak percaya ini semua. Mengapa ? dia sakit apa ? Dia tidak pernah berkeluh kalau dia sakit.
            “Niel, kamu baik-baik aja kan?” Tanya Rangga teman sebangku ku.
            “Tapi kenapa secepat ini?”
            “Sabar Niel.. mungkin dia bukan jodoh kamu.”
            Aku tidak merespon apa yang Rangga katakan. Aku langsung berlari keluar kelas, mengambil mobil untuk menuju ke rumah Zii. Benar saja sesampainya disana aku melihat bendera putih. Banyak orang lalu lalang mempersiapkan proses pemakaman. Tidak sedikit para pelayat yang menangis. Memang, Zii terkenal sebagai seseorang yang baik pada siapapun. Sekalipun pada orang yang pernah menyakitinya.
            Aku melihat orang tua Zii keluar mengiring jenazah anaknya untuk dibawa ke tempat pemakaman. Zii, kenapa kamu tinggalin aku. Bahkan aku belumsempat mengambil bintang untukmu, batinku.
            “Kak Daniel..” Panggil Jian dari belakang.
            “Ya, ada apa ?” sahutku datar.
            “Duduk dulu, ada yang ingin aku ceritakan.” Katanya sambil mengambilkanku kursi.
            “Tentang apa ?”
            “Apa kakak tau bagaimana perasaan kak Zii pada kakak?”
            “Tidak.” Sahutku masih datar.
            “Ini, dari kak Zii. Kemarin sebelum dia pergi, dia titip ini ke aku. Katanya aku disuruh memberikan ini pada kakak kalau dia sudah pergi.” Begitu kata Jian dengan polosnya sambil memberikan surat yang dibungkus dengan amplop berwarna pink. Cantik sekali.
            “Terimakasih.” Kataku pada Jian lalu meninggalkannya pergi.

********
            Dear Daniel.

            Hai tukang gombal. Apa kabarmu hari ini? Aku harap kau baik-baik disana. Mungkin saat ini aku sudah ada disurga. Disini begitu tenang kau tahu. Disini aku beristirahat.
            Daniel, terimakasih telah menjadi temanku walaupun hanya sebentar. Terimakasih kau selalu ada disampingku saat aku butuh dan maaf kalau aku menyembunyikan penyakit ini darimu. Aku tidak ingin kau terlalu khawatir. Mungkin kau bertanya-tanya aku sakit apa, baiklah akan ku beritahu. Aku terkena gagal ginjal.
            Sudahlah, jangan terlalu memikirkan aku karena aku baik-baik saja disini. Tetaplah mengejar impianmu Daniel. Berusahalah semampumu agar kau bisa menggapai bintang.
            Ada satu lagi yang ingin aku ceritakan. Selama ini aku selalu menyembunyikan perasaanku. Perasaanku pada kamu. Jujur aku sayang kamu Daniel, aku cinta kamu. Mungkin kita tidak pernah berpacaran, karena aku pikir itu yang baik buat kita sekarang. Tersenyumlah Daniel. Karena jika kau menangis untuk saat ini aku akan menjitak kepalamu dari surga.
            Kaulah bintangku dibumi.

                                                                                                            Zii

            Aku menangis membaca surat Zii. Ternyata selama ini kami memendam rasa yang sama hanya saja tidak ada pengakuan yang terucap karena semuanya saling menunggu. Betapa bodohnya aku. Harusnya aku menyatakan rasa ini dari dulu. Sekarang apa yang bisa aku perbuat. Bodoh sekali, semuanya kini tinggal penyesalan yang tak berarti.

0 komentar:

Posting Komentar